Nous part 2
NOUS Originally By; Talitha
Derap langkah docmart legam yang menubruk tanah mengisi keheningan ruas jalanan malam itu. Mulutnya sibuk mengunyah baguette yang dibeli sebelum ia membawa dirinya pulang.
Kepalanya digerakkan ke kanan dan ke kiri dengan ritme yang tidak jelas kemana arahnya, mantel bulu beige yang ia beli bekas pakai menjuntai hingga betis, berayun tertiup angin yang memang bisa dirasa lebih kencang malam ini, terkadang bibirnya mengerucut menyiulkan senandung bernada bahagia, kontras dengan suasana di sekelilingnya.
Menurutnya, hari ini berjalan lebih baik dari dua tahun terakhir, Djani merasa lebih hidup, Djani yakin bahwa berkahnya yang lebih besar akan datang, tak tau kapan, tapi pasti.
Sesampainya didepan sebuah komplek apartemen kumuh, Djani kemudian meraih tangkai pintu kayu yang sudah lapuk itu pelan, takut takut menyebabkan bunyi decit berisik yang membangunkan penghuni lain atau dirinya akan diusir.
Ketika setengah tubuhnya memasuki apartment, dirinya berpapasan dengan wanita tua bertudung merah, sosok yang kerap kali meninggalkan makanan di depan tiap kamar tiap penghuni. Djani melayangkan senyumnya bermaksud bentuk penghormatan terhadap kebaikan yang selama ini si wanita lakukan. Namun wanita itu hanya melengos menanggapi senyum Djani seolah tak ada yang bisa membayar setiap makanan itu. Sedangkan ia mengedikkan bahunya tak ingin tau lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Ditubrukannya tubuh lelah itu keatas kasur keras tua yang sebenarnya sudah tak layak pakai. Netranya menerawang kedepan, mengingat lagi apa saja yang terjadi hari ini. Tak seperti hari hari biasanya, kebanyakan dari mereka yang datang adalah suka cita.
Suka cita, wanita dengan surai biru laut itulah yang ia analogikan sebagai suka cita. Makanan yang mengenyangkan perutnya hari ini datang darinya, hasil lukisan yang memuaskan jiwa Djani datang darinya, hingga rasa cinta yang mulai tumbuh entah kapan itu juga datangnya dari wanita yang menyandang nama indah Musician.
"Udah gila." Djani bergumam berkali kali hingga mengacak acak rambutnya menghasilkan penampilan yang semrawut.
Namun dari wanita itu juga dukanya tiba mencatut nelangsa. Karena sekarang, cintanya tak tau akan dibawa kemana.
Musician hilang tanpa peta, tanpa kata kata, memaksa Djani mencintai satu arah dan bertanya sepanjang hidupnya, harus kemanakah dia mengejar.
"Sia, i'll find you very soon."
• https://open.spotify.com/track/4Sav8RLaXMBpTZX6xNPj0K?si=Q8JBkCfNSUyCXRbeg0HNtg&utm_source=copy-link
Komentar
Posting Komentar