Nous part 1

 
                                                  NOUS, originally by Talitha
                                                    






          "Merci d'etre venu." Pria dengan baret merah itu meluncurkan senyum simpulnya kepada si pengunjung kaya yang melenggang sembari membawa hasil pekerjaannya pergi.


                                                     
Hasil pekerjaan Djani (Pria baret merah). Wanita dalam lukisan ini terkenal dengan perhiasan dan baju mewahnya yang selalu menjadi pusat perhatian di jalanan Paris 


         Djani Cokroatmojo, anak bumi pasundan yang malang. 5 tahun lalu dia datang di kota penuh cinta ini untuk mengemban pendidikan bisnis yang ia dapatkan secara gratis dari beasiswa, konon katanya hanya 2 dari sekian ribu orang yang mendapatkan keberuntungan itu. Dan Djani adalah salah satunya.

          Anggap lelaki ini bodoh karena ia justru menganggapnya bukan sebagai keberuntungan melainkan malapetaka. Tak ayal, alasan paling masuk akal adalah karena itu bukan impiannya. Djani mencintai kanvas dan cat air, bukan strategi pasar ataupun keuangan perusahaan. Dirinya dipaksa.

           Hidupnya luntang lantung di jalanan distrik Paris semenjak 2 tahun setelah dia didepak dari universitas sorbonne. Ia tak pernah mengikuti mata kuliah dan meninggalkan kehidupan belajarnya. 

           Jika dari kalian bertanya mengapa dirinya tak memilih pulang ke Indonesia. Huh, orang gila mana yang melakukan itu, tentu saja ia akan mati di tangan keluarganya, dianggap mempermalukan kehormatan dan gagal menjadi 'orang'

              Inilah pilihan yang ia lakukan, tetap bertahan di negeri orang dan melukis segalanya. Hal baik ketika beberapa dari mereka bisa menjadi uang untuk memenuhi perut kosongnya. 





             Seorang wanita dengan rambut biru laut datang mendekati Djani dan alat lukisnya. "Would you draw me? I have a hundred euro's." Djani terkesiap mendengar nominal yang disebutkan. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah perutnya akan mencerna makanan enak hari ini. "Of course, lady. You can sit here." Tangannya menarik jemari lentik si wanita dengan lembut sembari mengarahkan ke kursi tinggi yang selalu ia gunakan untuk mendapatkan self potrait talentnya. "You want props to use? I have some of tropical hat, my friend scottish cat that has vintage vibes on her, also a bunch of wine glass, which one you like to?" Wanita itu tertawa kecil, cukup membuat Djani terkesima. "It's okay, i don't really need it, just do the natural one."

                Djani Cokroatmojo bersumpah dalam hidupnya bahwa ia tak pernah bertemu wanita dengan kharisma yang sebegitu menyesakannya selain wanita yang sedang ia lukis saat ini. Wajah bule, mata hitam legam, dan rambut yang terlihat nyentrik itu terlihat menarik dimata Djani. Coretan arsir terakhir ia bubuhkan, diam diam kuasnya menyentuh kanvas menuliskan satuan angka dengan ukuran kecil sebelum ia menyerahkannya pada si wanita.

               "Well done lady, you look so beautiful on this potrait." Wanita itu memandang kagum hasil lukisan Djani, mengundang rasa bangga pada diri sang pelukis. 


               "You're so talented and i'm so grateful have this chance to drawed by you, by the way let me introduce myself, my name is Musician, weird name i know, my parents love music that much, but you can call me Sia" Wanita itu mengulurkan tangannya bermaksud mengajak berkenalan. Djani terpaku sesaat sebelum membalas jabatan 'Sia' dengan sedikit gugup. "My name is Djani just call me that way. Anyway, Musician such a good and unique name tho, it fits you, gorgeouSia." Sementara wanita di hadapannya tertawa mendapat gombalan receh itu. "Nice to know you, Djani"

                  Suara dering telepon menginterupsi percakapan singkat mereka, Sia merogoh tas selempang yang ia gunakan tergesa dan menjauh sedikit dari tempat itu untuk mengangkat panggilan. "What? Are you kidding me? Enggak aku gabakal pulang sampe kamu angkat kaki dari rumah temenku. Stop being rude! urusan kamu sama aku bukan sama temen temenku. Let's end this, kita ketemu ditempat biasa." Sayup sayup Djani mendengar obrolan Sia dengan seseorang di balik teleponnya. Terkejut bukan kepalang karena ia bisa mendengar dengan jelas wanita itu menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapannya. 

                    Sia berbalik mengambil lukisan dirinya dan mengulurkan uang yang dijanjikan kepada Djani. "There's the pay, sorry Djani but i have to go now." Belum sempat mengucap terima kasih wanita itu berlari dan menaiki taksi pergi jauh meninggalkan rasa penasaran dalam diri si pelukis jalanan.


...To be continued






Komentar

  1. STORY THAT REVOLVE AROUND PARIS, GORGEOUS GIRL, AND ART?? ZAMNNN πŸ™€πŸ™€πŸ’˜

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hello!!! I just got my first comment on blog from youuu. Thank you for your excitement. I hope you enjoy my works πŸ˜­πŸ˜­πŸ™πŸ’—πŸ’—πŸ’—

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer